BUKAN JANJI SAJA YANG BISA MANIS, GULA JUGA BISA!
Manis-Manis Bikin
PanglingMati Rasa
Siapa disini yang punya teman kalau ngomong selalu yang manis-manis kayak pejabat? Lalu, apakah artinya lidah manusia sudah seperti butiran kecil yang rasanya manis bagaikan gula? Siapa sih yang tidak tahu dengan "teman" kecil yang selalu menemani hari-hari kita ini. Setiap tertawa, sedih, selalu saja "teman" ini menemani.
Mungkin saja, gula sudah menjadi "kekasih" sebagian manusia yang sudah jatuh hati karena rasa manisnya (sama seperti doi yang manis). Tapi, apakah manis itu selalu menjadi kebahagiaan bagi tubuh manusia? Atau justru kebahagiaan itu menjadi kesedihan bagi organ-organ di dalam tubuh?
Gula termasuk sembilan bahan pokok (sembako) masyarakat menurut keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998. Sembilan bahan pokok yang dimaksud adalah beras, gula pasir, minyak goreng, daging sapi dan ayam, telur, susu, bawang merah dan bawang putih, ikan, garam.
Ada salah satu dari tiga jenis gula yang paling banyak kita temukan di kehidupan sehari-hari seperti di minimarket, warung sembako, bahkan di online shop adalah gula kristal putih. Bahkan, bukan hanya dalam bentuk gula jadi, sekarang sudah banyak gula yang terkandung di dalam makanan maupun minuman instan. Sehingga, tidak heran jika kita minum dan makan suatu produk maka rasa di lidah kita seperti ada rasa manis-manisnya. Tapi apakah semua itu baik untuk dikonsumsi oleh kita khususnya untuk anak-anak?
Gula, tak semanis rasanya dan tak seindah warnanya. Ternyata gula adalah salah satu penyebab dari banyaknya penyakit manusia. Tak perlu jauh-jauh, penyakit yang sering kita dengar adalah diabetes. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2018 didapatkan bahwa tingkat konsumsi makanan manis (87,9%) dan minuman manis (91,49%) di Indonesia sangat tinggi. Padahal telah terdapat anjuran mengenai konsumsi gula per hari agar tidak berlebihan. Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10% dari total energi (200kkal). Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari.
Lalu apa yang menyebabkan masyarakat Indonesia mudah terlena oleh rasa manis dari gula ini? Nyatanya, masyarakat bukan terlena oleh manisnya janji pejabat gula. Namun, masyarakat Indonesia sudah seperti disodorkan oleh makanan dan minuman yang serba gula! Alangkah syukurnya jika hanya mengonsumsi satu makanan dan minuman instan dengan gula yang rendah, tapi nyatanya masih banyak jenis makanan dan minuman yang mengandung gula tinggi!
Salah satu contoh dari banyaknya minuman instan yang mengandung banyak gula adalah Fruit Tea Blackcurrant 500ml dengan kandungan gula sebesar 22 gram/250ml. Sehingga dalam satu botol terdapat 44 gram gula.
sumber: https://pin.it/4KQPW8Ga0
Lalu, apakah minuman dengan cita rasa yang memanjakan lidah anak-anak dan orang dewasa ini sungguh bisa berubah menjadi mafia bagi organ tubuh di tengah ramainya kasus anak-anak dan usia dewasa muda yang berbondong-bondong antri untuk cuci darah di rumah sakit?
Tentu saja bisa, jika kita meminum dan memakan dalam jumlah yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan kebutuhan sehari -hari. Jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula tinggi, maka pastikan kita tidak memakan dan meminum produk dengan gula tinggi lagi (ibaratnya kalau sudah sekali disakiti, jangan mau balikan lagi).
Minuman dan makanan memang harus terasa nikmat di lidah, tapi jangan sampai menjadi racun sianida bagi organ tubuh di tahun ke depannya. Dalam hal ini, lebih baik jika suatu produk minuman dan makanan dengan kandungan gula tinggi diberikan label batas konsumsi per harinya. Agar orang awam tidak mudah terjerumus dalam kata-kata manis rasa manisnya.
Kece abis yang bikin😍❤️
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini hanya bisa dilihat oleh orang kaya
Hapuskacau ih, menyalaa
BalasHapus